KALTIM KABUPATEN BERAU
SEJARAH
Kabupaten Berau adalah salah satu
Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur. Ibu kota Kabupaten ini terletak di
Tanjung Redeb, Berau. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 34.127,47. km²
terdiri dari daratan seluas 22.030,81 km² dan luas laut 12.299,88 km² serta
terdiri dari 52 pulau besar dan kecil dengan 13 Kecamatan, 10 Kelurahan, 96
Kampung/ Desa, dan jumlah penduduk berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
pada tahun 2011 sebesar 191.807 jiwa.
Kabupaten Berau berasal dari Kesultanan Berau yang didirikan sekitar abadd ke-14. Menurut sejarah Berau, Raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Surya Nata Kesuma dan Isterinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat pemerintahan kerajaan pada awalnya berkedudukan di Sungai Lati (sekarang menjadi lokasi pertambangan Batu Bara PT. Berau Coal).
Aji Raden Suryanata Kesuma
menjalankan masa pemerintahannya tahun 1400 – 1432 dengan adil dan bijaksana,
sehingga kesejahteraan rakyatnya meningkat. Pada masa itu dia berhasil
menyatukan wilayah pemukiman masyarakat Berau yang disebut Banua, yaitu Banua
Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut dan Banua Rantau
Sewakung.
Di samping kewibawaannya, kedudukan
Aji Raden Suryanata Kesuma juga sangat berpengaruh, menjadikan dia disegani
lawan maupun kawan. Untuk mengenang jasa Raja Berau yang pertama ini,
Pemerintah telah mengabdikannya sebagai nama Korem 091 Aji Raden Surya Nata
Kesuma yang Rayon Militer Kodam VI/TPR.
Setelah beliau wafat, Pemerintahan
Kesultanan Berau dilanjutkan oleh putranya dan selanjutnya secara turun temurun
keturunannya memerintah sampai pada sekitar abad ke-17. Kemudian awal sekitar
abad XVIII datanglah penjajah Belanda memasuki kerajaan Berau dengan berkedok
sebagai pedagang (VOC). Namun kegiatan itu dilakukan dengan politik De Vide Et
Impera (politik adu domba). Kelicikan Belanda berhasil memecah belah Kerajaan
Berau, sehingga kerajaan terpecah menjadi 2 Kesultanan yaitu Kesultanan
Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.
Pada saat bersamaan masuk pula
ajaran agama Islam ke Berau yang dibawa oleh Imam Sambuayan dengan pusat
penyebarannya di sekitar Sukan. Sultan pertama di Kesultanan Sambaliung adalah
Raja Alam yang bergelar Alimuddin (1800 – 1852). Raja Alam terkenal pimpinan
yang gigih menentang penjajah belanda. Raja Alam pernah ditawan dan diasingkan
ke Makassar (dahulu Ujung Pandang). Untuk mengenang jiwa Patriot Raja Alam
namanya diabadikan menjadi Batalyon 613 Raja Alam yang berkedudukan di Kota
Tarakan.
Sedangkan Kesultanan Gunung Tabur
sebagai Sultan pertamanya adalah Sultan Muhammad Zainal Abidin (1800 – 1833),
keturunannya meneruskan pemerintahan hingga kepada Sultan Achmad Maulana
Chalifatullah Djalaluddin (wafat 15 April 1951) dan Sultan terkhir adalah Aji
Raden Muhammad Ayub (1951 – 1960). Kemudian wilayah kesultanan tersebut menjadi
bagian dari Kabupaten Berau.
Sultan Muhammad Amminuddin menjadi
Kepala Daerah Istimewa Berau. Beliau memerintah sampai dengan adanya peraturan
peralihan dari Daerah Istimewa menjadi Kabupaten Dati II Berau, yaitu
Undang-undang Darurat tahun 1953 Tanggal terbitnya Undang-undang tersebut
dijadikan sebagai Hari jadi Kabupaten Berau. Dengan diterbitkannya
Undang-undang No.27 tahun 1959, Daerah Istimewa Berau berubah menjadi kabupaten
Dati II Berau dan Tanjung Redeb sebagai Ibukotanya, dengan Sultan Aji Raden
Muhammad Ayub (1960 – 1964) menjadi Bupati Kepala Daerah Tk. II Berau yang
pertama.
Penetapan Kota Tanjung Redeb sebagai
pusat pemerintahan Dati II Kabupaten Berau adalah untuk mengenang pemerintahan
Kerajaan (Kesultanan) di Berau. Di mana pada tahun 1810 Sultan Alimuddin (Raja
Alam) memindahkan pusat pemerintahannya ke Kampung Gayam yang sekarang dikenal
dengan nama Kampung Bugis. Perpindahan ke Kampung Bugis pada tanggal 25
September tahun 1810 itu menjadi cikal bakal berdirinya kota Tanjung Redeb,
yaitu kemudian diabadikan sebagai Hari jadi Kota Tanjung Redeb sebagaimana
diterapkan dalam Perdata No. 3 tanggal 2 April 1992
Misi
Visi dan Misi dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Transisi Kabupaten Berau Tahun 2011 merupakan Visi
Misi Visi Misi Bupati Berau terpilih periode 2010-2015. Visi dan Misi ini
diharapkan mampu menjadi pedoman dan semangat membangun Kabupaten Berau lima
tahun mendatang, melalui perumusan strategi dan sasaran pokok pembangunan yang
tepat, arah kebijakan dan program-program pembangunan.
VISI
Untuk memberikan gambaran dalam
pembangunan di Kabupaten Berau pada periode 2010 - 2015, pemerintah daerah terpilih
menyusun visi dan misi pembangunan. Pada hakekatnya, visi yang dirumuskan ini
adalah kerangka berpikir bersama berkaitan dengan cita-cita masa depan seluruh
elemen masyarakat yang berkepentingan (stake holders) di Kabupaten Berau
berdasarkan kondisi dan potensi yang ada.
Visi pembangunan Kabupaten Berau periode 2010 - 2015 dirumuskan sebagai berikut :
Visi pembangunan Kabupaten Berau periode 2010 - 2015 dirumuskan sebagai berikut :
"Menjadikan Kabupaten Berau
sebagai Daerah Unggulan di bidang Agribisnis dan Tujuan Wisata Mandiri dan
Religius Menuju Masyarakat Sejahtera".
Pemahaman terhadap visi tersebut
adalah sebagai berikut :
Agribsinis:
Adalah aktivitas perencanaan dan pendayagunaan potensi pertanian dalam arti luas, yaitu pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan serta kelautan dengan kekayaan mega bio diversitynya merupakan potensi strategis yang dijadikan sebagai dasar landasan dan acuan bagi kebijakan pembangunan ekonomi di bidang industri serta ekowisata pada tahun 2011
Adalah aktivitas perencanaan dan pendayagunaan potensi pertanian dalam arti luas, yaitu pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan serta kelautan dengan kekayaan mega bio diversitynya merupakan potensi strategis yang dijadikan sebagai dasar landasan dan acuan bagi kebijakan pembangunan ekonomi di bidang industri serta ekowisata pada tahun 2011
Wisata:
Adalah aktivitas perencanaan dan pendayagunaan kekayaan sumber daya alam pesisir, laut maupun darat baik yang berupa biofisik, maupun sosial budaya sebagai aset wisata yang bernilai tambah ekonomi, ilmu pengetahuan dan budaya secara berkelanjutan.
Adalah aktivitas perencanaan dan pendayagunaan kekayaan sumber daya alam pesisir, laut maupun darat baik yang berupa biofisik, maupun sosial budaya sebagai aset wisata yang bernilai tambah ekonomi, ilmu pengetahuan dan budaya secara berkelanjutan.
Mandiri:
Adalah berdiri sendiri, yaitu kondisi dimana daerah dapat memenuhi kebutuhan pembangunan dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki daerah secara optimal.
Adalah berdiri sendiri, yaitu kondisi dimana daerah dapat memenuhi kebutuhan pembangunan dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki daerah secara optimal.
Religius:
Adalah beriman dan taat, yaitu kondisi dimana masyarakat dapat mengamalkan nilai-nilai agama yang dianut dan agama dapat mewarnai seluruh aktivitas kehidupan sehingga dapat menjadi kontrol pembangunan daerah sehingga terjadi keselarasan dan keharmonisan dalam pembangunan.
Adalah beriman dan taat, yaitu kondisi dimana masyarakat dapat mengamalkan nilai-nilai agama yang dianut dan agama dapat mewarnai seluruh aktivitas kehidupan sehingga dapat menjadi kontrol pembangunan daerah sehingga terjadi keselarasan dan keharmonisan dalam pembangunan.
Sejahtera:
Adalah wujud kehidupan masyarakat yang dicita-citakan dengan terpenuhinya semua kebutuhan batiniah dan lahiriah yang selaras, seimbang dan dinamis dalam tatanan pembangunan peradaban manusia seutuhnya.
Adalah wujud kehidupan masyarakat yang dicita-citakan dengan terpenuhinya semua kebutuhan batiniah dan lahiriah yang selaras, seimbang dan dinamis dalam tatanan pembangunan peradaban manusia seutuhnya.
MISI
Untuk mewujudkan visi pembangunan
tersebut sebagai cita-cita yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima tahun
kedepan, maka ditetapkan misi yang menggambarkan arah pembangunan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan pemahaman,
penghayatan, pengamalan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat
2. Mengembangkan dan meningkatkan sentra-sentra produksi dalam arti luas
3. Meningkatkan objek wisata dan nilai serta keragaman budaya daerah
4. Memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagai modal pembangunan
5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan kesehatan
6. Meningkatkan kualitas pelayanan perdagangan dan jasa, sarana dan prasarana dan pemukiman
7. Memberdayakan dan membangun kemandirian kelembagaan masyarakat dengan pendekatan partisipatif
8. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintah sebagai aparatur pelayanan masyarakat yang bersih dan berwawasan
2. Mengembangkan dan meningkatkan sentra-sentra produksi dalam arti luas
3. Meningkatkan objek wisata dan nilai serta keragaman budaya daerah
4. Memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagai modal pembangunan
5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan kesehatan
6. Meningkatkan kualitas pelayanan perdagangan dan jasa, sarana dan prasarana dan pemukiman
7. Memberdayakan dan membangun kemandirian kelembagaan masyarakat dengan pendekatan partisipatif
8. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintah sebagai aparatur pelayanan masyarakat yang bersih dan berwawasan
Sumber : www.beraukab.go.id
Kultur dan Budaya Berau
Kali ini saya akan menjelaskan sedikit tentang kultur dan budaya Berau. Berau memiliki beberapa upacara adat, yaitu :
- Bekudung Betiung
Bekudung ialah pesta rakyat yang merupakan prosesi adat untuk mencapai kedewasaaan, sedangkan Betiung merupakan pesta ucapan syukur yang dilaksanakan setiap tahun sehabis panen padi selesai. Perayaan upacara Bekudung Betiung ini digelar 2 tahun sekali selama tiga hari, bertempat di Kampung Tumbit Dayak (Pemukiman Suku Gaai).
Pada acara upacara tersebut wisatawan terdapat beberapa unsur kesenian, olahraga tradisional, atraksi budaya, dekorasi adat .
- Pesta Adat Suku Benua
Upacara yang merupakan pesta rakyat dengan tujuan menguati (pallas) kampung yang disertai beberapa atraksi seni budaya juga sebagai upaya mengangkat serta menggali adat istiadat tempo dulu. Perayaan pesta adat suku Benua ini digelar 2 tahun sekali selama tiga hari, bertempat di Kampung Bangun Bebanir.
Pada acara upacara tersebut wisatawan dan masyarakat disuguhkan beberapa unsur kesenian, olahraga tradisional, atraksi budaya, dekorasi adat .
- Pesta Adat Kesultanan Sambaliung
adalah tampilan adat budaya Kesultanan yang bertema perkawinan tradisional zaman Kesultanan. Pada acara upacara tersebut wisatawan disuguhkan beberapa unsur kesenian, atraksi budaya, pakaian Kebesaran, dekorasi adat dan masakan khas tradisisonal. Perayaan pesta adat Kesultanan Sambaliung ini digelar 2 tahun sekali selama satu hari. bertempat di Keraton Sambaliung sekurhan Sambaliung.
- Pesta Adat Kesultanan Gunung Tabur
Pesta adat Kesultanan Gunung Tabur merupakan peringatan hari jadi Kesultanan, perayaan ini dilaksanakan satu tahun sekali selama satu hari , bertempat di Keraton Gunung Tabur kelurahan gunung Tabur. Masyarakat dan wisatawan dapat menyaksikan kesenian, atraksi budaya, pakaian kebesaran dan dekorasi adat.
sumber : http://www.pariwisatakaltim.com/
Masakan Khas Kabupaten Berau
Umumnya kue-kue yang menjadi maknan khas suku banua memiliki kesamaan kue dari suku lain hanya berbeda nama. Misalnya dippa yang selalu menyertai acara arwahan di daerah lain disebut mendut atau kue bugis. Bahan, proses pengolahan dan bentuk sama tetapi berbeda nama pada suku lainnya. Demikian juga tumpi dalam bahasa Indonesia disebut cucur terkenal sebagai jajanan pasar tetapi pada suku benua menjadi kue wajib pada acara arwahan bersamaan dengan dippa dan gugus (lemper).
Beberapa kue yang disajikan berikut merupakan kue tradisional yang masih bisa kita temui di kabupaten berau terutama digunung tabur dan daerah pedesaan lainnya:
1. Talinga sagayi:
Dari arti bahasa talinga sagayi berarti kuping dayak (yang panjang) bahan dasar kue ini mirip dengan kue cincin yang banyak dijual dipasar tetapi bentuknya seperti angka delapan. Kue ini terbuat dari tepung dan gula merah diaduk dan proses memasaknya digoreng.
2. Rangai:
Rangai berbahan dasar beras ketan disangrai baru dihaluskan dengan cara digiling, ditambah gula dan kelapa parut. Setelah diaduk, dicetak dengan cetakan khusus, dibakar atau dioven dengan api sedang.
3. Satu:
Satu berbahan dasar beras ketan yang disangrai, dihaluskan lebih halus dari bahan rangai, dicampur gula tetapi tidak menggunakan kelapa, dicetak sama dengan rangai dan dibakar sampai matang
4. Satu kacang:
Satu kacang berbahan baku kacang hijau yang disangrai, dihaluskan dengan cara digiling, dicampur gula, dicetak dan dibakar seperti satu dari beras ketan.
5. Kajajanga:
Kajajanga juga merupakan kue tradisional suku banua yang terbuat dari tepung dibentuk dan digoreng,setelah matang didinginkan baru dimasukan kedalam gula putih yang dicairkan dengan air (dalam bahasa berau disebut dilua) sampai kental.
Selain itu ada juga makanan yang paling sering disajikan saat acara tertentu misalnya lebaran Idul Fitri, yaitu Buras.
6. Buras
Makanan satu ini hamper mirip dengan soto, hanya saja, untuk lontongnya dibuat agak leter atau datar dan biasanya berukuran lebih kecil daripada lontong pada umumnya. Sedangkan untuk kuah sambalnya, ditambahkan udang dalam pengolahannya.
sumber : beraupost
Objek wisata berau
Objek wisata berau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimaksih atas kunjungan anda
Mohon untuk berkomentar yang sopan, tidak mengandung kalimat yang berbau kekerasan atau kriminal