Senin, 02 November 2015
Ketidakadilan Petani dalam Dunia Perpolitikan di Era Globalisasi
Kehidupan petani dan sektor pertanian sekarang sedang menghadapi tantangan yang tidak semata ditingkat lokal dan nasional , namun tantanagan yang terbesar dan terberat mengepung dari tingkat global.sektor pertanian negara berkembang kini dikekangi oleh kebijakan ekonomi – politik nasional yang dikaitakan era global. Banyaknya perkembangan sektor industri yang membuat petani kehilangan bahkan dan tempat tinggak mereka. Dalam hal ini, pemerintah masih belum bisa memberikan kedaulatan masyarakat petani. Liberisasi pertanian menghasilkan dampak negatif di pertanian yaitu :
Pertama , menempatkan petani sebagai obyek yang sekitar oleh kepentingan modal yang ditanamkan di sekitar pertanian.
Kedua, tidak adanya proteksi yang substansial bagi petani agar dapat tetap aman dalam kegiatan pertanian.
Ketiga, dihapuskannya subsidi bagi sektor pertanian yang menyebabkan melemahnya dukungan negara bagi petani.
Keempat, membanjirnya produk pertanian impor yang menggerus daya saing produk petani kita.
Kelima, menjadikan sektor pertanian menjadi urusan elit ekonomi sembari mempercepat urbanisasi dan proktarisasi.
Ini peringatan dini atas ancaman kedaulatan pertanian kita dan bangsa agraris secara keseluruhan, posisi negara kini tengah berada dipusaran neoliberilisme yang menghendaki pengurangan bahkan sejauh mungkin penghapusan peran negara dalam mengatur dan menentukan kebijakan pertanian sekalipun menyangkut mayoritas warganya sendiri.
Kedaulatan pangan, meminjam la via campesina adalah hak rakyat yang mencakup :
1. Memperiotaskan produksi pertanian lokal untuk memberi rakyat, akses petani dan tunawisma atas tanah, air m benih , dan kredit melalui dijalankan landreform dan berbagai program pendukungnya.
2. Hak petani untuk memproduksi makanan dan hak konsumsi bagaimana di produksi dan siapa yang memproduksi
3. Hak sebuah negara untuk melindungi dirinya dari harga pangan dan pertanian impor yang murah
4. Harga pertanian terkait dengan biaya produksi , misalnya, dengan mengenakan pajak atas impor berlebihan yang murah.
5. Rakyat ikut serta dalam penentuan pemilihan kebijakan pertanian dan
6. Pengakuan atas hak – hak petani perempuan yang memegang peran utama dalam produksi pertanian dan pangan.
Menurut saya , meskipun hal itu sudah diberikan apakah kehidupan petani akan terjamin. Karena dalam kasus PT Semen Gresik yang membangun sektor industri yang membuat petani kehilangan lahan sebagai mata pencaharian mereka.PT Semen Gresik yang membangun pabrk di kecamatan sukolilo, Pati Jawa Tengah, tahun 2006. Disini petani banyak kehilangan lahan petani untuk bekerja. Buruh tani yang tidak mempunyai lahan-pun ikut merasakan karena mereka kehilangan pekerjaan mereka, dimana lahan tempat kerja telah diambil oleh pabrik PT Semen Gresik. Banyaknya penolakan didirikan PT Semen Indonesia yang dilakukan masyarakat Samin.
Masyarakat Samin selalu memegang teguh untuk tetap mempertahankan hak milik tanah dan kehidupan mereka tetap terjaga serta lingkungan di Indonesia ini tetap terjaga dengan baik. Masyarakat Samin menggantungkan semua kebutuhan hidupnya dengan alam tanah, air, Indonesia yang harusnya kita jaga tapi malah dirusak oleh PT Semen atau limbah semen itu sendiri.Dalam hal ini mata pencaharian secara mayoritas yang mendominasi itu pertanian, dimana tanah di Jawa ini subur dan cocok untuk bertani , namun pemertintah malah mendirikan pabrik semen yang tidak melihat keuntungan yang diambil jika tanah yang subur ini seharusnya dimanfaatkan untuk bertani.
Masyarakat petani banyak dipaksa oleh pejabat untuk menjual tanahnya. Dengan alasan jika petani menjual tanahnya akan didirikan pabrik dan petani akan bekerja di pabrik dengan penghasilan lebih tinggi dari penghasilan didapat. Tapi, apakah semen ini bisa memberikan sumber pangan bagi Indonesia bagaimana jika Indonesia mengalami krisis pangan. Beras, sayur , buah dan lain-lainnya sudah mulai langkah karena lahan yang di ganti oleh pabrik semen. Mereka masih banyak menggunakan pring bambu atau kayu atau bahkan karena hal ini petani masih menumpang dengan kerbatnya karena kayu yang mulai langkah. Inilah dampak dari pabrik yang tidak melihat untuk melestarikan lingkungan Indonesia.
Menurut saya, pemerintah masih tidak bisa memberikan kesejarahteraan, perlindungan masyarakat Indonesia. khususnya kaum buruh , kaum tani , yang tidak mampu melawan kaum penindas yang memaksa mereka untuk patuh dan terus bekerja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimaksih atas kunjungan anda
Mohon untuk berkomentar yang sopan, tidak mengandung kalimat yang berbau kekerasan atau kriminal