Fenomena
Om Telolet Om dalam Bingkai Jean Baurdillard
Oleh
:
Dwi
Endah Rosalita
Sosiologi
2014
Om
telolet om sudah tidak asing kita dengar saat ini, seluruh media
sosial tengah ramai membicarakan 2016
lalu. Om telolet om ini adalah panggilan
anak-anak kecil di jepara, jawa timur yang
kemudian tersebar luas
keseluruh dunia. Fenomena om telolet
ini berawal dari video yang
diunggah dalam chanel youtube berjudul Bus Telolet.
Jadi
apa sebenarnya om telolet om itu? Om telolet
om sendiri sudah
menjadi berbincangan netizen dan bahkan artis Indonesia dan artis dunia
dan bahkan tokoh dunia juga mempertanyakan apa itu Om telolet om? Berawal dari akun media sosial yang dipenuhi hastag
#omteloletom #teloletchallenge #teloletgointernasional. Dan kemudian artis
bintang top dunia seperti DJ kelas dunia; Marshmellow, Martin Grixx, Snake,
Skrillex, dan artis lainnya seperti zedd, Taylor Swift, Marc Marquez, dan melalui akun twitter zedd
OM TELOLET OM.
Telolet
adalah kata yang digunakan oleh orang Indonesia untuk menggambarkan suara
klakson yang unik dari kedengarannya. Bunyi klakson tersebut dapat bersumber
dari kendaraan apapun, akan tetapi dalam kasus ini, lebih diutamakan bus AKAP.
Jadi kata “Telolet” itu muncul karena bunyinya yaitu “Teeeeelooooooleeeeeet”
berulang hingga 2X atau 3X biasanya. (www.learniseasy.com)
Om
telolet om adalah kata yang panggilan kepada supir bus untuk membunyikan
klakson jadi, “Om”itu sebutan untuk paman atau laki-laki yang sudah berumur
lebih tua. Selain itu om sering digunakan oleh para “penjual tubuh” kepada
pembeli mereka. Jadi dapat diartikan “Om telolet Om” itu berarti “Om minta
bunyikan klaksonnya dong”.
Om
telolet om mulai memasuki dunia permusikkan seperti dalam lagu ImeyMey dengan
judul lagu Om Telolet Om yang merupakan lagu dangdut. Kemudian dilain tempat dunia
mancanegara di Norwgia, pria kebangsaan Norwegia, Audun Kvitland Rostad
mengunggah video dengan menyanyikan Om telolet om di akun youtube nya. Dalam
video berdurasi 1 menit 48 detik, sebelum bernyanyi, Kvitland membuka dengan
cerita bagaimana dia tahu 'Om Telolet Om'. "Selamat pagi dari Norwegia.
Sewaktu saya bangun pagi tadi, saya cek Facebook dan Instagram, banyak komentar
yang sama. Muncul istilah Indonesia yang jadi viral beberapa hari ini, yaitu
'Om Telolet Om'. Ratusan orang meminta saya untuk membuat lagu ini,"
ujarnya dikutip dari video yang diunggahnya pada Kamis, 22 Desember 2016.
(www.tempo.com).
Dalam
lirik lagu 'Om Telolet Om', Kvitland mengungkapkan
jika dia mengetahui frasa yang viral itu dari berbagai komentar orang di akun
media sosialnya.
“Saat
saya unggah video di Facebook, menunggu komentar orang-orang. ‘Telolet..
Telolet.. Telolet.. Telolet’. Ternyata cuma komentar itu yang saya dapatkan,”
senandung Kvitland dalam potongan lirik lagunya. “Saya yakin kalau video ini
saya unggah di Youtube. Respons orang akan sama. Telolet.. Telolet.. Telolet’.
Ternyata cuma komentar itu yang saya dapatkan.” Tak lupa, Kvitland menyisipkan
bunyi klakson bus pada akhir lagunya.(www.tempo.com).
Menurut
Wahyu Budi Nugroho Sosiolog Universitas Udayana. “Telolet” adalah prinsip
kelangkaan. Tidak setiap bus memiliki klakson telolet. Permainan telolet ini
menjadi kian mengasyikan ketika digunakan gawai (baca:hp) untuk menangkap momen
“peristiwa” dan bunyian telolet seperti permainan sepakbola yang memertlukan
banyak fokus untuk mempertahankan keseimbangan; dari kaki, kemiringan tubuh
yang diatur sedemikian rupa, pandangan mata, gerakan tangan seperti orang
menari hingga satu tangan anak-anak sarat mengacungkan jempol agar supir bus
bermurah hati membunyikan telolet-nya, sedangkan tangan yang lain memngang HP
untuk merekam momen tersebut dengan baik, ditambah lagi keharusan anak-anak
meneriakan “Om, telolet Om!”kala bus hendak melintas. Permainan telolet
mengindikasikan adanya fokus; ketepatan; ketangkasan; kecepatan, serta
spontanitas karena berlalunya bus tak dapat diulang lagi dan ketika bunyian
telolet diperoleh, maka kepuasan tingkat tinggi pulalah yang dituai anak-anak.
(www.kolomsosiologi.blogspot.co.id)
Internet
adalah salah satu teknologi komunikasi yang sangat melekat dalam kehidupan
masyarakat kontemporer, hampir setiap hari internet dipergunakan sebagai sarana
untuk memperoleh berbagai informasi dan untuk menjalin komunikasi internet.
Internet sendiri sebagai jaringan yang bertujuan untuk dapat saling
berkomunikasi atau berbagi data. Masyarakat saat ini mulai berlomba-lomba untuk
memiliki akun media sosial dan berlomba-lomba untuk eksis dalam media sosial.
Agar mereka tidak ketinggalan informasi masyarakat selalu mengugrade informasi
terbaru.
Postmodern
tidak pernah dilepaskan dari postmodernisme, postmodernisme dapat diartikan
sebagai paham yang menolak grand narration dan kebenaran absolut sebagi tolak
ukur pada era modern. Postmodernisme, adalah paham yang banyak mengangkat
semiotika sebagai persepektif dalam melihat fenomen kehidupan masyarakat
postmodern. Salah satu tokoh postmodernisme yang erat dengan semiotika dan
pengkajian persoalan media dalam masyarakat postmodern adalah Jean Baudrillard.
Jean
Baudrillard adalah
salah seorang tokoh kunci dalam konsep pascamodernisme atau
postmodernisme. Pemikiran Baudrillard dikenal sebagai kritik terhadap budaya
yang berkembang pada masyarakat kontemporer, terutama penggunaan media massa.
Internet sebagai salah satu perkembangan media informasi dan komunikasi massa
telah memicu berbagai dampak pada kehidupan masyarakat kontemporer.
Baudrillard
menyatakan bahwa masyarakat saat ini tidak lagi didasarkan pada pertukaran
barang material dengan nilai guna, namun lebih pada komoditas sebagai tanda dan
simbol yang pembentukkannya sepenuhnya bersifat sewenang-wenang dan mempunyai
signifikansi sejauh berada di dalam “kode”. Hal yang demikian, mengakibatkan
tindakan konsumtif yang mengedepankan cirta dan prestise. Baurdillard juga
menyatakan bahwa masyarakat sedang terbelenggu tatanan cybernetics
neocapitalist, teknologi inggi menghadpakan masyarakat pada probem besar, hal
ini karena neocapitalist memiliki tujuan dan kontrol total. Menurut Baudrillard,
masyarakat berada pada hipperrealitas model-model dan kode-kode yang sangat
mempengaruhi pola pemikiran, tingkah laku dan makna. Media
informasi, hiburan, komunikasi memberikan pengalaman yang kuat dan dominan seta
melibatkan kehidupan sehari-hari yang dangkal. Situasi ini kemudian
mengantarkan masyarakat pormodern ke dalam ektase yang penuh dengan
hiperrealitas melalui ranah atau dunia komputerisasi, multimedia serta berbagai
pengalaman yang diberikan teknologi baru/teknologi canggih. Kemudian dalam
analisis nya Om telolet om yang dipenuhi oleh media sosial seakan membuat kebiasaan
baru terjadi dilakukan dan sesuatu baru yang menyenakan untuk di praktikkan dalam kehidupan sosial seperti fakta yang terjadi bahwa masyarakat tidak enggan untuk
melakukan aksi menganggakat tangan dan selembaran di
pinggir jalan dan meneriakan Om telolet om. Dalam teori kode Jean Baurdillard
mengatakan dan memandang kita bergerak dari suatu masyarakat yang dominasi oleh tanda dan kode yang diasosiasikan dengan komoditas-komoditas
ke suatu masyarakat yang didominasi oleh tanda-tanda dan kode-kode secara umum , dia memahami kita
bergerak ke arah “universal pembentukan suatu sistem tanda yang abstrak dan
bisa dijadikan contoh”.[1]
Om
telolet om menjadi sebuah ajang dimana dalam membunyikan klakson tidak harus
ketika ingin meninformasikan kepada sesama pengendara lain bahwa ada kendaraan
lain disana. Bahkan dengan menyembunyikan klakson biasa mengganggu pendengaran
kita,karena kelakson pada dasarnya dibunyikan hanya sekali dan terdapat nilai
moral kode dalam suara klakson tersebut. Keberadaan Om telolet om yang memenuhi
media sosial seakan membuat kita ingin ikut dalam kegiatan didalamnya dengan
mencari bus yang akan lewat dengan membawa kertas bertulisan “Om telolet om”
dan Hp ditangan yang kemudian kita mengupload kegiatan tersebut ke dalam media
sosial.
Baudrillard
mengatakatan “kita paham bahwa sekarang era berada pada tingkat reproduksi
(fashion, media, publisitas, informasi, dan jaringan komunikasi), pada tingkat
yang secara serampangan disebut Marx
dengan sektor kapital yang tidak esensial... artinya dalam ruang simulakra,
kode, proses kapital global ditemuakan”. Baudrillard juga berpendapat, bahwa
kita telah bergerak “dari masyarakat produktivis-kapitalis ke tatanan
cybernetik-neokapitalis dan sekarang memiliki tujuan kontrol secara total”.
Baudrillard menguraikan realitas ini dalam berbagai cara. Misalnya sekarang ini hidup pada akhir zaman
interpretasi, dalam “kotak hitam kode”. Jadi kita tidak benar-benar mengerti
apa yang tejadi pada masyrakat kontemporer. Dan juga melihat bahwa hidup kita
pada “akhir evolusi dialektika... tidak ada lagi finalitas, juga determinasi”.
(George Ritzer,2003.Teori Postmodern hal:165)
Fenomena
om telolet ini lebih banyak disukai oleh
netizen dan bahkan di kalangan muda , terkadang sungguh aneh
hampir semua masyarakat ikut menyuarakan om telolet om namun, untuk melakukan
sesuatu yang realitas dan berguna untuk
orang banyak seperti banjir yang terjadi di Bima, Aceh dan kejadian di Appelo
yang tertelan mati, bahkan tidak
terekspos oleh media sosial lebih luas dibandingkan om telolet om. Bahkan dalam
berita politik, yang menyuarakan
apspirasi tentang politik di Indonesia kalah dengan om telolet om. Media
sosial yang dalam fungsinya sebagai alat pembantu untuk mempermudah komunikasi
yang saat ini hanya menjadi suatu tempak konsumerisme dengan menjadikan sesuatu
hal yang membuat diri seorang eksis dengan hal yang sedang buming.
Hal ini bisa dijadikan pengalihan isu kepada
media sosial untuk melupakan dan
mengabaikan informasi yang lebih penting. Namun, Om telolet Om sebagai bentuk
aspirasi keunikan dari bunyi klaskson yang unik. Dan demam Om telolet om ini
menjadi sesuatu yang cepat eksis dan
kemudian menghilang namun, dalam pengaruh perubahan sosial yang
kemudian menjadi konstruk berfikir bahwa bunyi klakson telolet itu
menjadi sebuah sejarah yang bisa buming hingga ke seluruh dunia.